“Manajemen
Nyeri Pasca Operasi”
A. Pengertian Nyeri Pasca Operasi
Nyeri pasca operasi merupakan efek klinis yang biasa dijumpai
pada pasien yang menjalani operasi. Namun penangan nyeri sering kali
menimbulkan efek samping terutama pada saluran pencernaan. Oleh karena itu,
dibutuhkan analgesik yang mempunyai mula kerja yang cepat dan efektif
mengurangi nyeri serta meminimalisasi efek samping pada saluran pencernaan .
Rasa nyeri (nosisepsi) adalah masalah unik, di satu pihak
bersifat melindungi badan kita dan dilain pihak merupakan suatu siksaan.
Defenisi nyeri menurut The International Association for the Study of Pain
ialah, nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius,
protofatik) atau yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan
ringan, kehangatan, dan tekanan ringan.
Nyeri bukanlah akibat sisa pembedahan yang tak dapat dihindari tetapi ini merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien. Definisi dari nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan jaringan yang rusak, cenderung rusak atau segala sesuatu yang menunjukkan kerusakan.
Nyeri bukanlah akibat sisa pembedahan yang tak dapat dihindari tetapi ini merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien. Definisi dari nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan jaringan yang rusak, cenderung rusak atau segala sesuatu yang menunjukkan kerusakan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas,
Intensitas dan Lamanya Nyeri Pasca Operasi
Faktor yang mempengaruhi
kualitas, intensitas dan lamanya nyeri pasca operasi dapat disebutkan sebagai
berikut:
- Lokasi operasi, jenis operasi dan lamanya operasi serta berapa besar kerusakan ringan akibat operasi tersebut.
- Persiapan operasi baik psikologik, fisik dan farmakologik dari penderita oleh anggota / team pembedahan atau dengan kata lain disebut pelaksanaan perioperatif dan premedikasi.
- Adanya komplikasi yang erat hubungannya dengan pembedahan.
- Pengelolaaan anestasi baik sebelum, selama, sesudah pembedahan.
- Kwalitas dari perawatan pasca bedah.
- Suku, ras, warna kulit, karakter dan sosiokultural penderita.
- Jenis kelamin, perempuan lebih cepat merasakan nyeri.
- Umur, ambang rangsang orang tua lebih tinggi.
- Kepribadian, pasien neurotik lebih merasakan nyeri bila dibandingkan dengan pasien dengan kepribadian normal.
- Pengalaman pembedahan sebelumnya, bila pembedahan di tempat yang sama rasa nyeri tidak sehebat nyeri pembedahan sebelumnya.
- Motivasi pasien, pembedahan paliatif tumor ganas lebih nyeri dari pembedahan tumor jinak walaupun luas yang diangkat sama besar.
- Fisiologik, psikologik dari penderita.
C. Lokasi Nyeri Pasca Operasi yang
Paling Sering Terjadi dan Sifat Nyerinya Paling Hebat (Severe)
Dari segi
pembedahan, lokasi nyeri pasca bedah yang paling sering terjadi dan sifat
nyerinya paling hebat (severe) dalah sebagai berikut:
Ø Operasi
daerah Thocaro – Abdominal
Ø Operasi
ginjal
Ø Operasi
Columna Vertebralis (Spine)
Ø Operasi
Sendi besar
Ø Operasi
tulang panjang (Large Bone) di extrimitas
D. Manajemen Nyeri Pasca Operasi
Manajemen nyeri pasca operasi adalah Pengelolaan
menyeluruh untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Penatalaksanaan nyeri pasca operasi terdapat 2 bagian yaitu:
- Farmakologi
Prinsip penatalaksanaan pada nyeri kanker adalah
penilaian nyeri secara menyeluruh. Pemeriksaan harus percaya laporan nyeri penderita
karena nyeri bersifat subjektif. Derajat nyeri penderita bisa ditentukan dengan
skala nyeri 0 -10 dimana 0 tanpa nyeri dan 10 nyeri terberat.
Berikut ini merupakan 3
langkah dalam penatalaksanaan nyeri kanker dengan farmakologi sebagai berikut:
v Step 1 untuk nyeri ringan
dengan skala nyeri (1-4):
Obat-obat nyeri non opioid,
yaitu analgetik atau anti nyeri (asetaminofen), NSAID atau Non Steroid Anti
Inflammatory Drugs (aspirin), adjuvant atau tambahan (antidepressant,
antikonvulsan atau anti kejang, antimuntah).
v Step 2 untuk nyeri sedang
skala nyeri (5-7):
Opioid lemah ditambah dengan
obat nyeri lainnya. Apabila dengan step 1 nyeri tidak berkurang, maka bisa
diberikan narkotik dan kombinasi dengan step 1. Narkotik lemah seperti codein, darvon.
v
Step 3
untuk nyeri hebat (8-10):
Opioid
kuat ditambah obat nyeri lainnya. Opioid kuat antara lain morfin, methadone, diloudid, numorphan.
b. Nonfarmakologi
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis
untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi
nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :
1.
Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi:
v Stimulasi kulit
Messase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan massase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter
besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri
v Stimulasi elektrik (TENS)
Cara kerja dari system ini masih
belum jelas, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukandengan
messase, mandi air hangat , kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf
elektrik transkutan (TENS/ Transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS
merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang
dihantarkan melalui elektroda luar.
v Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk
mengobati nyeri. Jarum-jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan
menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat
memblok transmisi nyeri ke otak.
v Plasebo
Plasebo dalam bahasa
latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam
bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan
injeksi dan sebagainya.
2.
Intervensi prilaku kognitif
meliputi:
a)
Relaksasi
Relaksasi otot rangka
dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang
mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali
agar mencapai hasil optimal. Dengan
relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
b)
Umpan balik biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikanindividu informasi
tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter
terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot
dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
c)
Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
d) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio
(mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan),
distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur).
e)
Guided Imagery (imajinasi
terbimbing)
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan
ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien.
Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini
dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.
f) Aroma terapi
Aromaterapi ialah
istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan
bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan
senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi
suasana hati atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktek
pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan.
1. Sandalwood (cendana), bermanfaat untuk menghilangkan rasa
cemas dan aromanya sangat bermanfaat untuk meditasi.
2. Pepermint, bisa digunakan sebagai antiseptik,
stimulan dan menghilangkan nyeri.
3. Lavender, agar mudahkan tidur, meredakan
kegelisahan, mengatasi depresi, mengurangi perasaan ketegangan.
4. Camomile, bisa membuat rileks dan
menenangkan serta menangkal radikal bebas yang bisa menyebabkan penuaan.
5. Eucalyptus, bisa digunakan untuk antiseptik,
obat bengkak dan membantu masalah pernafasan.
6. Strawberry, dapat meningkatkan selera makan,
mengurangi penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kanker.
7. Thyme, membantu pencegahan flu, demam,
detoksifikasi racun dan mencegah infeksi, meredekan hidung tersumbat dan alergi
sinus.
8. Grapefruit, bisa digunakan untuk refreshing,
detoksifikasi, pembersih, untuk melegakan saraf, dan merilekskan otot.